Langsung ke konten utama

cerpen

 Three prince and the revenge wizard kingdom


Dahulu terdapat sebuah kerajaan damai yang selalu dilimpahkan cahaya kebahagiaan, semua rakyat dan raja beserta keluarganya hidup harmonis. Suatu hari datang seorang wanita tua bungkuk dengan jubah kulit yang sudah lapuk dan berdebu, meminta untuk bertemu sang raja. Raja dengan senang hati menerimanya, menyambut wanita tua dengan ramah, memberikan makanan dan pertolongan kepada wanita tua itu. 

Raja sebenarnya belum tau tujuan dari wanita tua itu, jadi dia bertanya. Tapi wanita tua itu malah menodongkan tongkat ke wajah raja. Wanita tua itu terlihat sangat marah, dia berkata akan mengutuk kerajaan serta semua warga dan mahkluk yang berada di tanah kerajaan. Wanita tua itu merapal mantra, seketika awan gelap menutup kerajaan. Semua tampak gelap seperti malam tanpa bulan, bau busuk menyebar membuat semua orang pingsan dan binatang berubah bentuk seperti monster. Perbuatan penyihir tua itu membuat kerajaan itu tidak pernah terdengar lagi. Tapi dibalik kegelapan yang menutupi, selalu terdapat cahaya.


Ini adalah kisah tentang tiga pangeran yang menghilangkan kutukan kerajaan serta rahasia dibaliknya. 


Tiga pangeran tinggal disebuah mansion yang besar, mereka dikenal dengan nama one, two, three. Nama yang begitu singkat dan mudah diingat. masing-masing pangeran memiliki sebuah kekuatan yang terdapat di senjata mereka. Pangeran one memiliki senjata suci yang berbentuk jarum yang panjangnya seperti pensil, dan jumlahnya sangat banyak. Jika pangeran one menggenggam cukup banyak jarum ditangannya, maka jarum tersebut bisa berubah bentuk menjadi sebuah pedang sesuatu keinginan pangeran one. 

Selanjutnya pangeran two, dia memiliki sebuah belati sihir. Dia sangat cepat, dimana pun belati itu berada, dia akan muncul seperti cahaya. 

Yang terakhir, pangeran paling muda, yaitu pangeran three. Dia memiliki sebuah pisau yang bisa berubah bentuk menjadi pedang besar, dan yang terpenting bukan hanya menjadi sebuah pedang, tapi bisa menjadi panah sihir. 


1 tahun sudah berlalu setelah peristiwa kerajaan dikutuk. Terdapat cukup banyak warga yang selamat pada peristiwa tersebut, walaupun dampak dari kutukan tetap ada pada mereka, yaitu penyakit misterius. Para warga yang selamat mencoba sekuat mungkin untuk bertahan, dengan keluar dari wilayah kerajaan, tapi jumlah mereka tidak pernah bertambah, anak yang lahir kebanyakan tidak bertahan dan langsung meninggal, maka jumlah mereka semakin sedikit. Pilihan satu-satunya untuk bertahan hidup adalah mencari bantuan. Beberapa orang dipilih untuk melakukan perjalanan untuk mencari pertolongan. Tapi masalah yang paling menyulitkan mereka adalah, kerajaan mereka seperti hilang dari ingatan semua orang, Jadi kebanyakan orang yang mendengar cerita mereka langsung menganggapnya sebuah cerita belaka, atau hanya sebuah berita bohong yang muncul dari mulut ke mulut. 

Mereka diambang Kematian, mereka tidak punya uang atau apapun untuk dijual lagi. Mereka bertahan dengan bekerja seadanya dan upah sangat minim, mendapat makan untuk satu malam saja mereka sudah sangat bersyukur. 

Suatu saat dimana mereka sudah sangat lelah, seorang anak bernama Durin, membanting piring pada saat makan malam. Dia merasa kesal dan berteriak dengan lelahnya, dia berpikir untuk berhenti, dia merasa melakukan semua ini hanya akan berujung sia-sia. Dia berkata lebih baik berhenti dan melupakan semua tentang kerajaan mereka,

"Aku akan berhenti disini"

Durin mengambil sebuah pisau dan mencoba bunuh diri dengan menusukkan nya di leher, tapi seorang wanita remaja dengan penutup kepala berwarna putih melompat menghentikan Durin dengan menggenggam bilah pisaunya. Darah mengalir dari tangannya, dia menatap Durin dengan mata yang tidak goyah sedikitpun,

"Aku Ardina, bersumpah untuk tidak menyerah, walaupun harus mencari pertolongan sampai ke ujung dunia sekalipun"

Kata yang dilancarkan Ardina membuat semuanya mendapatkan harapan walaupun hanya sekecil debu. Durin merasa terpukul karena mendengar kata Ardina, dia merasa sangat kecil karena seorang wanita remaja. 


5 tahun berlalu. Jumlah mereka yang awalnya ada 30 orang, sekarang hanya tersisa 10 orang. Durin dan Ardina sudah meninggal, tapi tekad Ardina masih ada dan diwariskan ke adiknya Andira, dengan penutup kepala kakaknya dia tidak terlihat berbeda jauh. Andira memiliki teman yang sangat dekat dia bernama Ruku, seorang lelaki dengan badan gemuk. 

Suatu hari dimana mereka berada diperjalanan ke kota selanjutnya, mereka melihat jalan bercabang. Mereka bisa lurus mengikuti peta tapi ada jalan ke kanan yang terlihat jarang dilewati, jejak karavan ataupun kuda juga samar dan seperti hanya dilewati beberapa bulan sekali. Tapi sejauh mata memandang, jalan itu dikelilingi bunga. Rasa penasaran menyelimuti Andira, dia memutuskan untuk melewati jalan itu. Ruku awalnya tidak setuju, dia lebih memilih fokus pergi ke kota, tapi Andira tidak mendengar dan menelusuri jalan itu. Akhirnya semuanya hanya bisa mengikuti. Semakin merasa jauh berjalan bunga di pinggir jalan semakin banyak, terus berjalan hingga mereka menyadari padang bunga yang luas sudah menyelimuti seluruh bukit disekitar mereka. Ruku mulai berasumsi,

"Kita sudah mati"

Mereka terus berjalan hingga mereka melihat mansion besar. Seperti sebuah lukisan indah, mereka tidak percaya dengan apa yang mereka lihat sejauh ini. Perlahan mereka terus mendekat dengan mansion, sampai didepan gerbang. Pintu gerbang terbuka dengan sendirinya.

"Ya, benar sekali kita sudah mati"


Mereka masuk dengan rasa penasaran. Seseorang keluar dari pintu depan mansion, laki-laki tinggi berpakaian pelayan (butler), berjalan mendekati dan berhenti di depan mereka,

"Selamat datang di kerajaan eternal"

Andira yang berada tepat di depan mata pelayan itu tidak tau harus berkata apa, pelayan itu meneruskan,

"Perkenalkan namaku Robin, ada yang bisa aku lakukan untuk kalian"

Andira yang masih bingung dan sibuk dengan pikirannya sendiri tidak mendengarkan, Ruku menepuk pundak kanannya, Andira sadar, mengedipkan mata dengan cepat dan melihat sekitar lagi, 

"Hah... Ya.. umm, boleh aku tau namamu?"

Robin yang baru saja memperkenalkan diri jadi tertawa kecil tapi dia mengulanginya dengan senang hati,

"Aku Robin. Mungkin aku bisa mempersilahkan kalian semua masuk"

"Hah?.. tidak tidak, kami tidak bisa masuk dengan kondisi seperti ini. Aku akan langsung menjelaskan tujuan kami kesini" 

Andira merasa tidak enak,

"Kau yakin?"

Andira mengangguk kecil dengan senyuman yang dipaksakan. Robin berpikir harus bagaimana dengan mereka, sesaat dia tau dan mencoba berbicara. Tapi terdengar suara teredam dari mansion memanggil Robin. Robin berbalik melihat kearah pintu mansion yang masih terbuka, seseorang berjalan melewati dan melirik keluar,

"Robin!?"

Mengetahui Robin, diapun berjalan keluar menuju Robin. Seorang lelaki yang tampan dengan rambut pirang dan mata biru, itulah yang dilihat Andira dan yang lainnya. 

"Ada apa pangeran One?"

Pangeran One melihat Robin dengan sekumpulan orang yang lusuh dengan pakaian tidak layak. Berjalan ke samping Robin sambil melihat lebih jelas sekumpulan orang itu, Robin bertanya kembali,

"Ada apa pangeran One?"

"Ah lupakan saja, siapa mereka?"

"Maaf sebelumnya, saya belum menanyakan tentang mereka sebenarnya"

One menghembuskan nafas, Andira mengatakan tujuannya,

"Pangeran, kami kesini untuk meminta pertolongan!!"

One terkejut, berbeda dengan Robin yang terlihat biasa saja,

"Pertolongan?"

"Ya. Kumohon, bisakah pangeran mendengarkan kami lebih dahulu"

One memberikan senyuman ke Andira. Yang sebelumnya Andira merasa tidak yakin dengan memintanya secara langsung, sekarang dia seperti tidak perlu menahan apapun lagi,

"Tentu, siapa namamu nona?"

"A-aku Andira"

"Robin, biarkan mereka masuk, mereka terlihat kelaparan dan berikan mereka pakaian"

"Eh!?, Tidak per–"

"Shhh.."

One mendesis menaruh jari telunjuknya di bibirnya. 


Mereka diberi makanan dan pakaian, Robin melayani mereka dengan senang hati. Pangeran one terlihat mondar-mandir mencari sesuatu, ke kamar dia untuk ke tiga kalinya. Seseorang masuk, dia pangeran two,

"Kau mencari apa sih?"

One dengan wajah yang sudah lelah dan khawatir,

"Eeee.... Dimana gelas ku?"

Two menepuk dahi menghembuskan nafasnya.


One menemui Andira dan yang lainnya di ruang makan, memanggil Andira untuk menemuinya,

"Umm.. bisakah aku ajak temanku"

One mengangkat bahunya tapi mengangguk, jadi Andira membawa Ruku. One membawa mereka ke ruangan penuh buku dan debu berterbangan,

"Maaf soal debunya, kalian bisa duduk disana"

Mengatakan tanpa menunjukan. One mengambil buku tebal dari rak dan bertanya,

"Jadi, ceritakan"

Andira ragu tapi dia menceritakan semua tentang kerajaannya, yang bahkan seperti cerita hantu, tidak pernah didengar atau sudah dilupakan. Dia mengatakan semua perasaan yang dia rasakan, tanpa dia sadari dia juga menceritakan tentang masa lalunya. One mendengarkan sambil terus mencari di dalam buku, dan lembaran hampir habis tapi dia berhenti dan merasa sudah menemukannya. One tidak mengehentikan Andira tetapi terus mendengarkan. Ruku menaruh tangannya di paha Andira, Andira berhenti dan mengangkat kepalanya, dia menyadari bukan hanya pangeran one yang mendengarnya, tiga pangeran berada di depannya. 

"Jadi itulah mengapa namanya hilang seperti sebuah tisu yang di taruh diatas air. Terlihat transparan tapi dia masih berada disana" two,

"Andira sepertinya kau juga lupa nama kerajaan mu. Iya bukan?"

Andira berpikir dan benar dia tidak ingat namanya bahkan Ruku juga, 

"Nama kerajaan tempat kau lahir, adalah kerajaan Sun And Moonlight"

Mengetahui kembali nama kerajaannya, Andira dan Ruku menangis, air mata mengalir samar berwarna merah tercampur darah. Two menenangkan mereka memberikan sapu tangan pada mereka. Andira menghapus air matanya tapi mengetahui yang dia gunakan adalah sebuah sapu tangan dengan bau bunga dia langsung merasa bersalah, tapi Two malah membantu membersihkan wajah Andira. 

"Andira, Ruku. Teman kalian yang sampai kesini. Aku akan membantu kalian"

One tau semua yang terjadi pada mereka, buku yang ditulis oleh Robin ini sudah menceritakan segalanya. 


One meminta Robin untuk menyiapkan kendaraan dan perbekalan untuk pergi ke kerajaan Sun And Moonlight. Awalnya tiga pangeran hanya ingin membawa Andira dan Ruku, tapi mereka memaksa untuk ikut kembali ke kerajaan mereka, jadi pangeran terpaksa membawa mereka juga.

Perjalanan mereka hanya memakan waktu 2 hari 1 malam, mereka sampai pada malam hari. Saat mereka sampai, mereka tidak melihat seorangpun yang masih bertahan diluar kerajaan. Sekarang hanya Andira dan yang lainnya yang masih hidup. Di dalam tembok hanya ada mahkluk yang bahkan mereka tidak tau itu apa, tapi manusia yang menjadi mayat berjalan, mereka masih hidup, hanya terpengaruh kutukan, kata pangeran One. 


"Kak One, kita tidak tau seberapa berbahaya di dalam sana" ujar Two,

"Mungkin kau akan mendapat luka lagi kak One, kau tau apa yang akan kau hadapi nanti" Three menegaskan lagi, 

"Itu sudah menjadi kebiasaan ku"

One memikirkan sebuah rencana, 

"Andira, hanya kau yang tau semua hal tentang ini, Beritahu aku"

"Kau bertanya, tapi aku tidak tahu harus memberitahu mu yang mana"

"Huuufff.. rute tercepat masuk ke istana?"

"Ooohhh...."

Andira tau persis, tapi bentuk dan kelihatan sebelumnya dengan sekarang sangat jauh berbeda, 

"Eee.. aku tidak tau bagaimana mendeskripsikannya!!"

"Baiklah, apakah kau siap untuk ikut dengan ku?"

Andira terlihat takut dan ragu, tapi dia mengingat kakaknya, dan dia mendapat keberanian, Andira mengambil nafas dan mengangguk dengan yakin. 


Mereka berempat siap di satu-satunya jalan masuk, yaitu gerbang utama. Melakukan ancang-ancang, tapi Ruku berteriak jauh dibelakang, 

"Tunggu!!... Berhati-hatilah dengan salah satu prajurit kavaleri terkuat di istana, aku ingat jika dia sudah naik ke kudanya, maka dia tidak akan terkalahkan"

Mereka berempat berlari masuk, senjata sudah digenggam erat, menembus pasukan dan mahkluk kutukan. Para pangeran belum tau pasti bagaimana menghilangkan kutukan kerajaan ini, tidak ada yang tau, jadi daripada berdiam mencari jawaban yang belum pernah ada, lebih baik langsung menghadapinya. 


Andira berlari dibelakang para pangeran sambil memberi arah. Tiba-tiba puncak tertinggi istana bersinar dengan cahaya biru gelap yang membuat mereka berempat berhenti. Suara serak seorang nenek terdengar dari cahaya itu,

"Sepertinya penderitaan yang aku berikan pada kalian belum cukup. AKAN KUBERIKAN LEBIH!!"

Sebuah getaran kecil terasa di udara, para pangeran tidak merasakan apa-apa, tapi Andira berteriak seperti tercekik kesakitan sambil menutup telinganya. 

Tiba-tiba pasukan dengan zirah sudah mengepung mereka, One mengendong Andira, 

"Two, Three, kalian bisa menanganinya?"

"Mungkin akan sedikit sulit tapi, mari kita lakukan" jawab Two,

Two dan Three menyerang kedepan, mereka berlari tanpa arah tapi berusaha mencari jalan untuk terus mendekat ke istana. 

Mereka sampai di gerbang istana yang tertutup rapat dengan pintu kayu, One menyerahkan Andira ke Two. One membuat pedang yang besar dari jarumnya, meloncat menebas pintu itu. Tapi seorang pria dengan rambut panjang lurus sudah berdiri didepan mereka. One bernafas dengan berat, aura keberadaannya yang jauh berbeda,

"(Prajurit inikah yang Ruku katakan)"

Suara nenek terdengar lagi dan berteriak,

"BARBIEL BUNUH DIA!!"

"Sesuai keinginanmu"

Barbiel berlari kearah One, dari tanah perlahan muncul seekor kuda yang menggali keluar. One terlihat takut, tapi dia memendamnya. Barbiel naik ke kudanya dan mengangkat pedang disampingnya, jika One tidak melawan maka kepala dan badannya mungkin akan segera terpisah, jadi dia mengeluarkan jarumnya dan dengan cepat maju. Mereka saling menghunuskan senjata, melompat dan senjata saling bertemu, masing-masing melewati ke belakang, gerakan mereka sangat cepat, tapi One terjatuh dan bahunya terluka parah. 'tidak bisa dikalahkan jika sudah menaiki kudanya' kata itu tidak bohong. One menggerang kesakitan, mencoba bangkit. Barbiel diam tapi dia berkata sesuatu,

"Pergilah, tolong dia"

Two dan Three berlari melihat kondisi One, Barbiel berbicara lagi,

"Penderitaan ini harus berakhir. Kumohon maafkan aku, berlari lah secepat mungkin keatas"

Three membantu One untuk berjalan, mereka secepat mungkin naik keatas istana. Mereka mengira Barbiel akan mengejar tapi dia tidak bergerak sedikitpun. 

Barbiel mengangkat pedangnya yang patah, setelah bertabrakan dengan jarum One, bilah ujungnya terhempas ke bahunya, itulah kenapa One terluka. 


One melepas Three dan berjalan sendiri dengan pincang. setelah di puncak One terjatuh, badannya terlihat lemas dan tidak bisa berdiri lagi. Two dan Three memutuskan meninggalkannya bersama Andira, dan mereka berdua meneruskan. Two dan Three melihat tahta yang diduduki oleh wanita tua dengan jubah. Mereka perlahan berjalan mendekat, wanita tua itu tiba-tiba berteriak membuat Two dan Three terdorong mundur. Two mencoba menenangkannya,

"Kami tidak ingin melukaimu"

"PEMBOHONG!!"

"Percayalah, mereka juga tidak ingin"

"MEREKA MENINGGALKANKU SEPERTI SEBUAH MAYAT TIDAK BERHARGA"

"Kami tau kau menderita, tapi semua ini tidak ada artinya, Latina"

"....Kau...tau namaku?...."

"Semua orang tau, semua yang ada disini tau"

Dulunya kerajaan Sun And Moonlight, adalah tempat yang tandus dan gersang. Kesalahan mereka adalah dengan menumbalkan gadis muda yang tidak memiliki kerabat sama sekali, untuk membuat kerajaan menjadi subur dan makmur. Keinginan mereka tercapai tapi mereka juga merasa bersalah, karena tidak mengatakan terimakasih. Mereka tidak tau harus bagaimana. Raja mencoba untuk membuat makam untuk nya, tapi karena dia tidak memiliki siapa-siapa, namanya pun tidak pernah diketahui. Seluruh warga dan keluarga kerajaan menyesal. tapi setelah raja selanjutnya, raja sebelumnya tidak menceritakan tentang masa kelam kerajaannya. 

"Kau kembali dengan perasaan dendam. tapi akan selalu ada orang yang mengingat jasa mu. Mungkin mereka kejam, tapi ingat kebaikan yang kau bawa. Senyuman muncul karena mu"

Three meneruskan,

"Dendam tidak akan membuahkan apapun, hanya akan membuat luka baru pada hatimu... Yang kau perlukan adalah memaafkannya, karena semua ini bukan salahmu"

Latina meneteskan air matanya. Two dan Three berjalan mendekat, berlutut dan mengambil tangan Latina, 

"Semua orang disini menyebut namamu. Terkadang kita harus mencoba melihat dari sisi lain walau terasa menyakitkan" Two,

"Terimakasih, Latina"

Two dan Three Mengatakannya dengan bersama. 


Latina bernafas dengan tenang, kerutan pada tubuhnya hilang. Latina memejamkan matanya, 

"Kebaikan yang kau bawa akan selalu ada" Two,

Perlahan nafas Latina menghilang, tubuh gadis muda yang cantik terduduk di tahta. Matahari mulai naik menerangi, semua orang mulai kembali ke asal, mahluk menghilang terbakar matahari, awan gelap menghilang. 

"Jangan pernah menilai hanya dari luar" kata Two

"Gadis secantik ini harus menanggung dosa yang besar. Sebenarnya siapa yang kejam"

"Kita kubur dia dengan layak"

Two membawa tubuh Latina. Didepan tangga masih terbaring One dan Andira yang saling bergenggaman. 


The end.




•Ingat namanya, maafkan perbuatannya


•Dendam hanya akan membuat luka baru


•Perbanyak berterima kasih


•Jangan nilai hanya dari sampulnya


•Terkadang kita harus melihat dari sudut pandang lain untuk melihat kebaikan


•Terkadang kita harus melangkah lebih awal sebelum kita siap


•Jangan menyerah walau hasilnya nihil 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kegiatan pesantren kilat

 

potrait

perubahan media informasi

nama: Wildan Humaidi Zahron Aqila  NIM: 2291471106 kelas: 3A link video: https://youtu.be/iOndjgUZzk4?si=OOSyXt11sjJwK4aA Media cetak menjadi media yang mendominasi bagi penyebaran informasi. Pers cetak juga menjadi media main stream di dunia bisnis informasi. Namun seiring perkembangan teknologi, dominasi industri media cetak ini mulai terancam tergeser. Munculnya internet yang melahirkan pers digital dan multimedia mengubah total industri media massa. Dalam sepuluh tahun terakhir, setelah media cetak mulai terusik dengan kehadiran internet, hampir semua perusahaan media cetak membuat produk baru berupa media online. Media baru ini mengusung pemberitaan yang cepat, running news.